Rabu, 30 November 2011

MUSIK ROCK INDONESIA

 sejarah musik indo ada disini gan baca aja..
   DOWNLOAD

Biografi sang legenda godbles

 mau tau tentang godbles gan bc disini ocee

 DOWNLOAD

iwn fals

mau tu tentang iwn fals baca selengkap nya ya gan

 download

Tentang Ismail marzuki

ismail marzuki, biografi, profil, musisiIsmail Marzuki lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914, Ismail Marzuki yang lebih dikenal dengan panggilan Maing ini merupakan salah satu maestro musik legendaris di indonesia, memang memiliki bakat seni yang sulit dicari bandingannya. Sosoknya pun mengagumkan. Ia terkenal sebagai pemuda yang berkepribadian luhur dan tergolong anak pintar. Ismail sejak muda senang tampil necis. Bajunya disetrika licin, sepatunya mengkilat dan ia senang berdasi. Darah seni Ismail mengalir dari ayahnya, Marzuki, yang saat itu seorang pegawai di perusahaan Ford Reparatieer TIO. Pak Marzuki dikenal gemar memainkan kecapi dan piawai melagukan syair-syair yang bernapaskan Islam. Jadi tidak aneh kalau kemudian Ismail sejak kecil sudah tertarik dengan lagu-lagu.

download

Tentang slank

 
mau tau tentang slank silah kan gan dibawah sini


 download

Erwin Gutawa

Erwin Gutawa lahir di Jakarta 16 Mei 1962, merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Gutawa Sumapraja dan Sariati Kodiat, dia memperoleh pendidikan musik formal dengan mengikuti les piano klasik selama dua tahun, sejak ia masih duduk di kelas 4 SD di Jakarta. Sejak di kelas 6 SD, ia nge-band secara amatir sebagai pemain bass. Pria kelahiran Jakarta ini mulai terjun ke industri musik rekaman dan panggung secara profesional pada 1980, sebagai pemain bas dalam grup Trans yang dipimpin oleh Fariz RM. Ketika itu ia masih belajar di SMU di Jakarta. Dalam periode SMU pula, ia mulai bergaul dengan permainan orkestra untuk musik pop.
baca selengkap nya

 download

Ayu Ting-Ting

Ayu Rosmalina atau yang di kenal dengan Ayu Ting Ting lahir di Depok, 20 Juni 1990, merupakan salah seorang penyanyi dangdut yang lagi ngetop dengan lagi hits berjudul "alamat palsu". Dara yang kini menginjak usia 19 tahun itu bercerita saat di bangku SMP, mulai dicekoki musik dangdut oleh orangtua. Sang ibunda Umi Khalsum memang seorang penyanyi. Sejak itulah dia ketagihan. Lalu Ayu mencoba berkarier dari panggung ke panggung, dan akhirnya sadar meraup penghasilan dari musik dangdut.
mau tau lebih lanjut ada di bawah gan

download

kotak biografi


Berawal dari kontes Dream Band yang digelar tahun 2004 lalu, terbentuklah sebuah band bernama Kotak yang terdiri dari para personil yang telah diseleksi sebelumnya yaitu Cella (gitar), Ices/Chua (bass), Pare/Tantri (vocal) dan Posan (drum).
Kotak adalah satu-satunya band yang mengusung jenis musik modern rock dan bernuansa sedikit ‘dark’. Dengan menampilkan sound distorsi yang gahar ala band-band nu metal atau modern rock namun juga dengan teknik solo gitar yang keren. 
 oce mau lebih lengkap
  DOWNLOAD DISINI GAN

Biografi edane

download

disini gan pastdapat info tentang band edane

Biografi RIF

 Mw tau lebih lanjut donlod gan disni
DONLOAD

Kamis, 24 November 2011

TEST

Sembilan Legenda Pop Indonesia

Chrisye



Siapa yang tak kenal sosok penyanyi legendaris Raden Chrismansyah Rahadi (dikenal dengan nama Chrisye)? Lebih dari empat dekade karir musiknya malang melintang di Indonesia. Karir musiknya sebagai pemain bvass dimulai dari Gank Pegangsaan, hingga pada tahun 1977 menjadi penyanyi di Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) Prambors dengan membawakan lagu Lilin Lilin Kecil.
Sejak itu, karir Chrisye terus berkibar menerobos zaman dan berkolaborasi dengan berbagai musisi dari Yockie Soeryoprayogo, Eros Djarot, Addie MS, Raidy Noor, Adjie Soetama, Erwin Gutawa, Guruh Soekarno Putra dan banyak lagi dalam memproduksi album-albumnya. Hampir semua albumnya memiliki lagu yang menjadi hits, apalagi Chrisye bekerja sama dengan penulis-penulis lagu pencetak hits.
Lagu-lagunyapun memiliki nuansa yang bervariatif dari balada, pop, romansa hingga religi.

Utha Likumahua

•April 30, 2010 • 1 Comment
Utha Likumahuwa, pria kelahiran Ambon tahun 1955, punya nama lengkap Doaputra Ebal Johan Likumahuwa. Perjalanan karir penyanyi beraliran jazz ini berliku-liku sempat meraih juara I untuk 6th ASIAN SONG FESTIVAL di Philipine bersama Elfa’s Secioria, juara II bersama Trie Utami dalam acara ASIA PACIFIC A B U di Malaysia, dan juga meraih juara II di ASIA PACIFIC SING CONTEST di Hongkong.
Sepanjang karirnya, Utha Likumahuwa sudah menghasilkan 6 buah album yaitu : Nada & Apresiasi, Bersatu Dalam Damai, Aku pasti Datang, Aku Tetap Cinta, Puncak Asmara, dan Tak Sanggup Lagi. Belum termasuk album kompilasi seperti Festival Lagu Populer Indonesia, Dasa Tembang Tercantik, dll
Sejumlah lagu yang selama ini dikenal sebagai hits terbaik Utha Likumahuwa diantaranya: Esokkan Masih Ada, Untuk Apa Lagi, Aku pasti Datang, Sesaat Kau Hadir, Akira, Tersiksa Lagi, Mungkinkah Terjadi (Duet dengan Trie Utami) dan lain-lain.

Karimata

•October 20, 2009 • 1 Comment
Karimata merupakan salah satu band legendaris indonesia yang mengusung fusion jazz. Berdiri sekitar pertengahan tahun 80an. Formasi awal band ini adalah Aminoto Kosin (keyboard), Erwin Gutawa (bass), Candra Darusman (piano & keyboard), Denny TR (gitar) dan Uce Hariono (drum).
Karimata menggabungkan gaya fusion dengan musik2 etnik kental dan unik. Selain itu, mereka juga berani mendatangkan artis2 GRP records untuk main bareng mereka dan tampil di album2 mereka.
Album pertama KARIMATA adalah PASTI. Meskipun tidak mempunyai vokalis tetap, namun di album ini mereka menyertakan lagu dengan Vokalis tamu. Di album ini vokalis tamunya antara lain Harvey Malaiholo, January Christy, Ricky Basuki, LA Storia dan Lydia Nursaid.
karimata-bitingAlbum ini menelurkan hits “Kisah Kehidupan”, “Hari Ini Milik Kita” dan “Yang Terjadi.” Lagu Yang Terjadi sangat unik karena memadukan dua vokalis yang seperti ‘bertukar peran’. Vokal January Christy yang berat berpadu dengan vokal Ricky Basuki yang  melengking dengan teknik falsetto.
Di album ini juga terselip lantunan saxophone EMBONG RAHARDJO di lagu instrumental RINDU (RAINY DAYS AND YOU). Komposisi ini kelak kemudian dirilis lagi di album JEZZ tapi dalam versi vokal dan dinyanyikan oleh maestro jazz dunia PHILL PERRY. Ada juga versi instrumental dari lagu “DAHAGA” yang pernah dibawakan ATIEK CB.
KARIMATA meluncurkan album kedua: LIMA yang paling banyak menghasilkan hits. Pada album ini, vokalis tamu Karimata adalah nama-nama hebat seperti Dian Pramana Poetra, Lydia Noorsaid, Ruth Sahanaya, amona Purba dan kelompok vokal LA STORIA. Dan sudah pasti, dari vokal khas mereka muncul lagu-lagu hits seperti “Rintangan.” Hits lain dari album ini adalah “Masa Kecil” dan “Lintas Melawai”
Album ketiga:BITING. Formasi mereka memang berubah, dimana ALDY mengganti Uce Haryono di posisi drum. Vokalis tamu juga masih tetap ada, kali ini yang terpilih adalah NENO WARISMAN, RAMONA PURBA dan KATARA SINGERS ( “Sahabat”). Yang berbeda di album ini, ada lagu yang dinyanyikan oleh Candra Darusman, Aldy & Denny TR berjudul “MELANGKAH.”
Album JEZZ merupakan album yang luar biasa karena melibatkan nama kondang dunia musik jazz yaitu Phil Perry, Don Grusin, Lee Ritenour,  Ernie Watts dan Bob James. Formasi Drummer, Aldy digantikan oleh Budhy Haryono (ex drummer Krakatau).
Meskipun di album ini hanya ada satu lagu dengan vokal namun vokalis tamu mereka adalah Phil Perry yang berjudul “Rainy Days And You.” Dahsyat bener lagunya.

KRAKATAU

•October 2, 2009 • Leave a Comment
KRAKATAU dibentuk di Bandung tahun 1985. Pada pertengahan 80an musik fusion jazz sedang digandrungi di Indonesia. Pra Budidharma (Bass), Donny Soehendra (Gitar), Dwiki Dharmawan (Keyboard), dan Budhy Haryono (Drum) adalah formasi awal band pada saat menjuarai kompetisi Light Music Contest (LMC). Band ini kmudian mewakili Indonesia padaYamaha Bands Explosion in Tokyo, Japan.
Album mereka yang pertama di 1986 ada perubahan pada formasinya dengan masuknya Indra Lesmana (Keyboard), Trie Utami (Vokal) dan Gilang Ramadhan (Drum) menggantikan Budhy Haryono.
Single pertama “Gemilang” berhasil menjadi hits besar, disusul hits lain dari album ini seperti “Dirimu Kasih”, “Imaji”, “Haiti”, “Pelican”, “Senja”, “Winter Grays”, dan “Kemelut”. Krakatau formasi ini banyak dibilang sebagai formasi terbaik.
krakatauAlbum kedua dari kelompok fusion jazz KRAKATAU memang ditunggu-tunggu, secara album pertama mereka lumayan sukses di pasaran. Mungkin karena mereka mampu meramu musik yang ‘berat’ tapi bisa didengar berbagai kalangan.
Formasi mereka masih seperti album pertama, namun dibantu juga oleh mantan drummer pertama Krakatau Budhy Haryono. Album kedua yang berjudul SECOND ALBUM langsung menggebrak dengan singel pertama “LA SAMBA PRIMADONA”, nomor yang menggabungkan fusion dengan samba ini terdengar unik dan asyik. Selebihnya, album ini banyak menelorkan hits seperti “Cita Pasti”, “Mega Pagi”, “Ironis”, dan “Sayap Sayap Beku. .
Album Ketiga merupakan mini album yang dilepas dengan berbagai isu ‘keretakan’ personilnya. Album berisi 4 lagu plus bonus minus one di Side B ini memang bisa ‘meredam’ tanda tanya penggemar mereka. “KAU DATANG” sukses menjadi hits, disusul “FEELS LIKE FOREVER” dan “Rasa.” Empat lagu di mini album ini kemudian juga menjadi bagian dari album KEMBALI SATU.

CHRIST KAYHATU

•September 14, 2009 • Leave a Comment
Christ Kayhatu musisi dan vokalis dan pencipta lagu  yang banyak menelurkan lagu hits. Sebagai musisi dan composer, nama CHRIST KAYHATU memang identik dengan genre jazz. Kiprahnya di genre ini sudah tercetak sejak sejak awal, antara lain dengan membentuk FUNK SECTION.
christChrist punya suara yang keren. Ini dibuktikan dengan diluncurkannya album-album solonya, yang diawali oleh album Misteri Cinta. Di album ini Christ dibantu oleh nama-nama kondang di genre jazz seperti JOPIE ITEM, KARIM SUWEILEH, YANCE MANUSAMA, EMBONG RAHARJO dan JOKO.
Abum Misteri Cinta menampilkan lagu-lagu jazz easy listening dan mencuatkan hits seperti “Misteri Cinta”, “Kau Yang Ceria”, “Bukan Hanya”, dan “Rame Rame”. Satu bukti bahwa musik jazz juga sebenarnya punya kans besar untuk diterima pasar.

Lydia – Imaniar

•August 12, 2009 • 3 Comments
lydia-imaniarSemua orang pasti setuju kalau LYDIA & IMANIAR tergolong duo terbaik yang pernah meramaikan industry musik Indonesia yang bergenre Pop Kreatif. Maklum, selain mereka sudah bermain musik bersama sejak belia di kelompok THE BIG KIDS, timbre suara mereka memang hampir sama sehingga klop ketika dikawinkan.
Duo ini meraih sukses besar dengan album DIA MILIKKU dan PRAHARA CINTA. Masyarakat pun selama ini menganggap bahwa memang hanya dua album itulah yang sempat dirilis mereka.
Keputusan mereka untuk ‘memisahkan diri’ dan hanya tampil berdua ternyata adalah keputusan yang tepat, karena sebagai duo, Lydia & Imaniar membuktikan bahwa mereka juga bisa tampil solid.
Ini tidak lepas dari dukungan musisi-musisi handal seperti JAMES F. SUNDAH, YOUNKY SOEWARNO dan ADDIE MS. Lagu DIA MILIKKU yang dijadikan lagu andalan memang tidak begitu berhasil merebut pasar, untunglah ada single IRONI yang ternyata menjadi lagu terkuat di album ini. Tidak heran beberapa lama kemudian album ini dikemas ulang dan diubah judul menjadi IRONI.
lydia imaniar2Sukses album pertama membuat mereka merilis album kedua, dengan judul “PRAHARA CINTA,” dan nampaknya album inilah yang membuat nama mereka dikenang sampai hari ini. Lagu Prahara Cinta ciptaan Randy Anwar & Megia Awaludin yang mereka bawakan masih disukai banyak orang sampai hari ini, bahkan sudah dirilis ulang oleh beberapa penyanyi.
Inilah salahsatu lagu yang mengingatkan orang pada tahun 80an. Sayang, meskipun duo ini terhitung sukses, tapi langkah mereka tidak berlanjut. Praktis inilah album terakhir mereka, karena setelah ini mereka merintis karir sendiri-sendiri sebagai penyanyi solo. Hits lain dari album ini adalah “DAN” , “Jam Kehidupan” dan “Tragedi Semata”.

KATARA SINGERS

•July 30, 2009 • Leave a Comment
kataraKATARA SINGERS berasal dari Bandung  ini sebetulnya memiliki kans untuk menjadi salah satu grup vokal yang besar dimasanya. Awalnya dibentuk pada bulan April 1987 dengan nama BANDUNG BEAT ‘N VOICE, tapi kemudian berubah menjadi KATARA yang artinya ketara atau terlihat jelas.
Formasi awal NANA (Ratna Oktaviani Sumantri), RIKA (Farika Laksanawati), ANDRE HEHANUSSA (Andre Ronal Benito Hehanussa) dan DEDDY (Deddy Sumardi Hasan). Sempat muncul dengan lagu “CERIA” di album 10 BINTANG NUSANTARA dan juga menjadi vokalis tamu album KARIMATA dengan lagu “SAHABAT” itu sudah cukup untuk membuat sebuah album.
Album mereka ditangani oleh ERWIN GUTAWA dan AMINOTO KOSIN, mereka sukses melemparkan banyak lagu hits di album ini. “MASA BODO” menjadi single pertama yang banyak disuka, disusul TERNYATA, DESAH, FIESTA DE RIO, CINTA KITA dan SELAMAT UNTUKMU.
Album ini adalah satu-satunya album yang mereka miliki. Sempat mengisi album LEGENDA POP INDONESIA (dengan formasi baru : Andre, Deddy, Ninies dan Dewi Gita) dan juga album soundtrack collections punya DWIKI DHARMAWAN, setelah itu nama mereka tidak terdengar lagi. Bahkan Andre Hehanussa sempat sukses bersolo karir.

BHASKARA

•June 29, 2009 • Leave a Comment
Bhaskara 1Bhaskara dibentuk dengan nama Bhaskara 85. Kolektif ini tampil perdana di Taman Ismail Marzuki, 2-3 Juli 1985.
Formasi awal:  Kiboud Maulana (gitar), Udin Zach (saksofon), Bambang Nugroho dan Didi Hadju (keyboard), Karim Suweileh (drum), Perry Pattiselano (bass), Luluk Purwanto (violin, vokal), Dullah Suweileh (perkusi), dan Nunung Wardiman (vokal) .
Bhaskara 85 partisipasi di North Sea Jazz Festival 1985. Di bawah tanggung jawab Peter F.Gontha dari PT. Bhaskara Music Production, Bhaskara 85 tercatat sebagai grup Indonesia pertama yang tampil arena bergengsi itu.
Bhaskara tampil di NSJF 1986.  namun formasi mengalami sedikit perubahan. Posisi Kiboud, Perry dan Nunung digantikan oleh Joko WH, Mates, dan Vonny Sumlang. Bhaskara 86 mendapat panggung yang lebih luas dari pada tahun sebelumnya. Luluk kembali menjadi primadona pementasan mereka.Komposisi yang mereka bawakan disebutkan telah mempunyai warna kepribadian yang khas dan kelihatan unsur Indonesia-nya.

Di luar dugaan, album itu sukses dan konon terjual hingga 75,000 kaset. Sebuah angka yang sangat sulit dicapai oleh rekaman jazz musisi Indonesia. Lagu-lagu di album tersebut sangat populer, khususnya lagu-lagu seperti Betawi, Putri, One Lonely Flute.
Lagu Putri yang populer merupakan ciptaan dari Yanti R., yang sebenarnya merupakan kependekan dari Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut). Lagu ini direkam kembali pada album Bhaskara 91 dalam versi vokal. Lagu Life Is Too Short To Worry dengan vokal dari Vonny Sumlang saat ini terdapat dalam format CD, yaitu  di dalam album kompilasi Best of Jazzy Vocals.
Sukses album pertama Bhaskara 86 di ranah industri musik Indonesia dilanjutkan dengan rilis volume keduanya di tahun 1987. Album yang berjudul Lady Bird ini  kembali diproduseri oleh Bhaskara Music Production (Bhamution), namun distribusinya menggunakan label rekaman lain yaitu Bulletin Record (tidak lagi oleh Aquarius Ind.).
Hasil penjualannya biasa saja dan tidak sesukses album pertama. Lagu Bayang-bayang dari album ini menjadi salah satu lagu dalam kompilasi Indonesian Jazzy Vocals Too. Uniknya, justru lagu “Bayang Bayang” adalah lagu yang tidak disertakan di rilis ulang album tersebut di tahun 1988. Rilis ulang album Lady Bird meniadakan “Bayang Bayang” dan “Kaki Lima”,  dan menyertakan satu track baru karya Mates, “Ease My Pain”. Di seri kedua ini juga Peter F.Gontha menyumbangkan sebuah karyanya, “Sunday 14th”, untuk dimainkan oleh Bhaskara.

Rabu, 09 November 2011

IWAN fals








Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika
aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara
adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau
kenapa sampai sekarang pun aku masih
gambang menangis. Biar begini-begini, aku
orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai
contoh, menyaksikan berita di televisi yang
memberitakan ada orang sukses lalu
medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun
bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan
cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat
aku tersentuh dan lalu menangsi.
Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku
aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika
berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku
belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku.
Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi
mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar
itu. Tapi malah senarnya putus.
Aku dimarahi.


Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas
dalam ingatanku.
Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana
ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan
sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia.
Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam
aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah
ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat,
membuat
seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu
baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini
steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa
nyetem gitar.
Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in
the Wind-nya
Bob Dylan.
Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga
punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu
ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang
bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi
karena ada anak perempuan yang jago memainkan
gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku
waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar
di vokal grup sekolahku.
Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat
itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar.
Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones.
Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri
sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada
nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak
bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku
nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek,
yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.
Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor,
bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.
Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk
mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang
untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja
di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak
punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku
lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.
Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu,
dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan
untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.
Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata
lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang
memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.
Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya
sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian
dibredel.
Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu
itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku
untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman
dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.
Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen
lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik
country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor.
Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam,
diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman
ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi
MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses.
Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti
anak-anak muda.
Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah
rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu,
musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya,
musiknya ditangani Willy Soemantri.
(diambil dari iwanfals.co.id)
Nama asli: Virgiawan Listanto
Nama populer: Iwan Fals
Nama panggilan: Tanto
Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
Bogor Jawa Barat - Indonesia
Pendidikan:
SMP 5 Bandung,
SMAK BPK Bandung,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
Anak:
Galang Rambu Anarki (almarhum)
Anissa Cikal Rambu Basae
Rayya Rambu Robbani
Hobi: sepakbola, karate





Iwan Fals Selami Islam di Pesantren Pandanaran

“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan, walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah…”.
Alunan lagu yang mengajak setiap pendengar menghormati seorang ibu itu biasanya terdengar di tape, radio atau nada dering telepon genggam. Tapi malam itu, sang pelantun, Iwan Fals, membawakannya langsung di hadapan para santri Pesantren Sunan Pandanaran.
Kali ini, pemilik nama asli Virgiawan Listanto itu tidak sedang konser untuk memenuhi hasrat anak muda yang tenggelam dalam hura-hura. Tetapi bersama santri ingin menyelami nilai-nilai keislaman lewat lagu yang pernah ia ciptakan. Maka, lagu pembuka bertema Ibu ia bawakan untuk mengajak semua pendengar menjunjung tinggi harkat ibu yang begitu dihormati dalam ajaran Islam.
Malam itu, 26 April 2010, suasana di Komplek al-Khandaq memang berbeda dari hari-hari biasanya. Para santri melewati malam di tengah hingar-bingar suara musik rock yang dipadu dengan musik Jawa, racikan grup musik Ki Ageng Ganjur. Menurut Zastrouw al-Ngatawi, pimpinan Ki Ageng Ganjur, konser tersebut merupakan rangkaian dakwah menyebarkan ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Zastrouw menyampaikan pesan-pesan agama dalam bingkai ceramah budaya, sedangkan Bang Iwan, panggilan akrab Iwan Fals, melantunkan lagu-lagu bernafas keislaman. Perpaduan keduanya menghasilkan model dakwah “gaya baru”. Tetapi justru berhasil menyihir para santri, hingga mereka betah berlama-lama duduk termangu di atas rumput tanpa alas.
Sesaat sebelum Iwan Fals tampil di panggung, Zastrouw mengatakan bahwa esensi dari syair lagu Iwan selaras dengan ayat-ayat Al-Quran. “Kepekaan batin Mas Iwan melahirkan lagu-lagu yang selaras dengan ayat-ayat Al-Qur’an,” kata lelaki yang selalu mengenakan blangkon ini.
Zastrouw mengaitkan syair-syair lagu Iwan Fals dengan kisah-kisah yang masyhur di telinga umat Islam. Lagu Ibu, misalnya, mengingatkan kita pada hadis Nabi yang menyebut “ibu” sebanyak tiga kali, baru kemudian beliau menyebut “ayah” yang hanya sekali ketika ditanya tentang siapa orang yang paling berhak dihormati.
Setelah Zastrouw selesai menyampaikan nilai keislaman dalam lagu Ibu tersebut, Iwan pun keluar menuju panggung yang disambut teriakan dan tepuk tangan para santri dan OI (penggemar Iwan Fals).
Malam itu Iwan Fals tampil sangat sederhana. Ia hanya mengenakan kaos oblong putih, syal biru melilit di leher, plus celana bercorak batik. Tak ketinggalan, ia menenteng gitar dengan lubang resonansi menyerupai buah jeruk.
Saat melantunkan tembang Ibu, raut muka Iwan tampak sangat serius. Tidak sedikit pun senyum yang tersungging dari bibirnya. Boleh jadi, itulah perasaan terdalam yang ingin ia bagi kepada para pendengar.
KH Mu’tashim Billah, pengasuh Pesantren Pandanaran, mengaku takjub akan daya magis yang dimiliki seorang Iwan Fals. Beliau mengungkapkan, banyak santri yang seolah-olah ruhnya ikut bernyanyi ketika Iwan Fals beraksi di atas panggung.
Iwan Fals memang dikenal sebagai musisi yang menciptakan lagu untuk menyuarakan suara hati dan pikirannya. Ide dan pikiran yang berkecamuk di kepalanya ia tuangkan ke dalam lagu. Termasuk juga tentang pengalaman spiritualitas. Tak mengherankan jika lagu-lagu Iwan Fals terkini banyak mengangkat tema religi, bukan lagi tentang “pemberontakan” seperti dulu. Se

SEJARAH IWAN FALS







Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika
aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara
adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau
kenapa sampai sekarang pun aku masih
gambang menangis. Biar begini-begini, aku
orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai
contoh, menyaksikan berita di televisi yang
memberitakan ada orang sukses lalu
medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun
bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan
cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat
aku tersentuh dan lalu menangsi.
Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku
aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika
berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku
belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku.
Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi
mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar
itu. Tapi malah senarnya putus.
Aku dimarahi.


Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas
dalam ingatanku.

Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana
ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan
sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia.
Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.

Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam
aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah
ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat,
membuat
seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu
baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini
steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa
nyetem gitar.
Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in
the Wind-nya
Bob Dylan.

Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga
punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu
ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang
bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi
karena ada anak perempuan yang jago memainkan
gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku
waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar
di vokal grup sekolahku.

Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat
itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar.
Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones.
Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri
sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada
nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak
bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku
nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek,
yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.

Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor,
bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.

Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk
mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang
untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja
di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.

Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak
punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku
lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.

Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu,
dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan
untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.

Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata
lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang
memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.

Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya
sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian
dibredel.

Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu
itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku
untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman
dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.

Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen
lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik
country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor.
Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam,
diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman
ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi
MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses.
Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti
anak-anak muda.

Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah
rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu,
musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya,
musiknya ditangani Willy Soemantri.

(diambil dari iwanfals.co.id)



Nama asli: Virgiawan Listanto
Nama populer: Iwan Fals
Nama panggilan: Tanto
Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
Bogor Jawa Barat - Indonesia



Pendidikan:
SMP 5 Bandung,
SMAK BPK Bandung,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)



Anak:
Galang Rambu Anarki (almarhum)
Anissa Cikal Rambu Basae
Rayya Rambu Robbani

Hobi: sepakbola, karate





Iwan Fals Selami Islam di Pesantren Pandanaran

“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan, walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah…”.
Alunan lagu yang mengajak setiap pendengar menghormati seorang ibu itu biasanya terdengar di tape, radio atau nada dering telepon genggam. Tapi malam itu, sang pelantun, Iwan Fals, membawakannya langsung di hadapan para santri Pesantren Sunan Pandanaran.
Kali ini, pemilik nama asli Virgiawan Listanto itu tidak sedang konser untuk memenuhi hasrat anak muda yang tenggelam dalam hura-hura. Tetapi bersama santri ingin menyelami nilai-nilai keislaman lewat lagu yang pernah ia ciptakan. Maka, lagu pembuka bertema Ibu ia bawakan untuk mengajak semua pendengar menjunjung tinggi harkat ibu yang begitu dihormati dalam ajaran Islam.
Malam itu, 26 April 2010, suasana di Komplek al-Khandaq memang berbeda dari hari-hari biasanya. Para santri melewati malam di tengah hingar-bingar suara musik rock yang dipadu dengan musik Jawa, racikan grup musik Ki Ageng Ganjur. Menurut Zastrouw al-Ngatawi, pimpinan Ki Ageng Ganjur, konser tersebut merupakan rangkaian dakwah menyebarkan ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Zastrouw menyampaikan pesan-pesan agama dalam bingkai ceramah budaya, sedangkan Bang Iwan, panggilan akrab Iwan Fals, melantunkan lagu-lagu bernafas keislaman. Perpaduan keduanya menghasilkan model dakwah “gaya baru”. Tetapi justru berhasil menyihir para santri, hingga mereka betah berlama-lama duduk termangu di atas rumput tanpa alas.
Sesaat sebelum Iwan Fals tampil di panggung, Zastrouw mengatakan bahwa esensi dari syair lagu Iwan selaras dengan ayat-ayat Al-Quran. “Kepekaan batin Mas Iwan melahirkan lagu-lagu yang selaras dengan ayat-ayat Al-Qur’an,” kata lelaki yang selalu mengenakan blangkon ini.
Zastrouw mengaitkan syair-syair lagu Iwan Fals dengan kisah-kisah yang masyhur di telinga umat Islam. Lagu Ibu, misalnya, mengingatkan kita pada hadis Nabi yang menyebut “ibu” sebanyak tiga kali, baru kemudian beliau menyebut “ayah” yang hanya sekali ketika ditanya tentang siapa orang yang paling berhak dihormati.
Setelah Zastrouw selesai menyampaikan nilai keislaman dalam lagu Ibu tersebut, Iwan pun keluar menuju panggung yang disambut teriakan dan tepuk tangan para santri dan OI (penggemar Iwan Fals).
Malam itu Iwan Fals tampil sangat sederhana. Ia hanya mengenakan kaos oblong putih, syal biru melilit di leher, plus celana bercorak batik. Tak ketinggalan, ia menenteng gitar dengan lubang resonansi menyerupai buah jeruk.
Saat melantunkan tembang Ibu, raut muka Iwan tampak sangat serius. Tidak sedikit pun senyum yang tersungging dari bibirnya. Boleh jadi, itulah perasaan terdalam yang ingin ia bagi kepada para pendengar.
KH Mu’tashim Billah, pengasuh Pesantren Pandanaran, mengaku takjub akan daya magis yang dimiliki seorang Iwan Fals. Beliau mengungkapkan, banyak santri yang seolah-olah ruhnya ikut bernyanyi ketika Iwan Fals beraksi di atas panggung.
Iwan Fals memang dikenal sebagai musisi yang menciptakan lagu untuk menyuarakan suara hati dan pikirannya. Ide dan pikiran yang berkecamuk di kepalanya ia tuangkan ke dalam lagu. Termasuk juga tentang pengalaman spiritualitas. Tak mengherankan jika lagu-lagu Iwan Fals terkini banyak mengangkat tema religi, bukan lagi tentang “pemberontakan” seperti dulu. Sebut saja Hadapi Saja, Doa dan Ya Allah Kami, dan sebagainya.
Dalam konser bertajuk Perjalanan Spiritual Iwan Fals malam itu, Iwan membawakan lima lagu bertema kemanusiaan. Usai membawakan lagu Ibu, ia menyanyikan lagu Siang Seberang Istana, disusul Tanam Siram Tanam, Dendam Damai dan diakhiri dengan Bento. Lagu Bento, menurut Zastrouw, mirip dengan kisah dalam Al-Qur’an tentang Qarun. Qarun adalah kroni Fir’aun yang kaya raya. Tetapi kekayaannya ia belanjakan untuk mendukung kezaliman. Akhirnya, ia pun dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi.
Setelah menciptakan begitu banyak lagu yang sarat nilai hikmah, Iwan pun akhirnya melangkah ke dalam dunia yang lebih tinggi. Dunia spiritual. Ketika ditemui Suara Pandanaran, Iwan mengakui bahwa kunjungannya ke Ponpes Sunan Pandanaran ini untuk memperkaya jiwa.
“Saya terbentur cobaan-cobaan hidup yang membuat saya, mau tidak mau, harus mengadu kepada Tuhan. Itulah mengapa saya berkunjung ke berbagai pesantren dan berziarah ke makam para ulama”, ungkap Iwan.
Dalam kunjungannya itu pun, Iwan tak lupa menziarahi makam KH Mufid Mas’ud, pendiri Ponpes Sunan Pandanaran. “Ketika berziarah ke makam ulama, kita membaca Fatihah, alif lam mim dan seterusnya, sehingga batin kita menjadi adem dan damai. Dari ziarah ini, kita juga akan lebih menghormati para leluhur,” jelas Iwan mengungkapkan pengalamannya.
 kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan, walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah…”.
Alunan lagu yang mengajak setiap pendengar menghormati seorang ibu itu biasanya terdengar di tape, radio atau nada dering telepon genggam. Tapi malam itu, sang pelantun, Iwan Fals, membawakannya langsung di hadapan para santri Pesantren Sunan Pandanaran.
Kali ini, pemilik nama asli Virgiawan Listanto itu tidak sedang konser untuk memenuhi hasrat anak muda yang tenggelam dalam hura-hura. Tetapi bersama santri ingin menyelami nilai-nilai keislaman lewat lagu yang pernah ia ciptakan. Maka, lagu pembuka bertema Ibu ia bawakan untuk mengajak semua pendengar menjunjung tinggi harkat ibu yang begitu dihormati dalam ajaran Islam.
Malam itu, 26 April 2010, suasana di Komplek al-Khandaq memang berbeda dari hari-hari biasanya. Para santri melewati malam di tengah hingar-bingar suara musik rock yang dipadu dengan musik Jawa, racikan grup musik Ki Ageng Ganjur. Menurut Zastrouw al-Ngatawi, pimpinan Ki Ageng Ganjur, konser tersebut merupakan rangkaian dakwah menyebarkan ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Zastrouw menyampaikan pesan-pesan agama dalam bingkai ceramah budaya, sedangkan Bang Iwan, panggilan akrab Iwan Fals, melantunkan lagu-lagu bernafas keislaman. Perpaduan keduanya menghasilkan model dakwah “gaya baru”. Tetapi justru berhasil menyihir para santri, hingga mereka betah berlama-lama duduk termangu di atas rumput tanpa alas.
Sesaat sebelum Iwan Fals tampil di panggung, Zastrouw mengatakan bahwa esensi dari syair lagu Iwan selaras dengan ayat-ayat Al-Quran. “Kepekaan batin Mas Iwan melahirkan lagu-lagu yang selaras dengan ayat-ayat Al-Qur’an,” kata lelaki yang selalu mengenakan blangkon ini.
Zastrouw mengaitkan syair-syair lagu Iwan Fals dengan kisah-kisah yang masyhur di telinga umat Islam. Lagu Ibu, misalnya, mengingatkan kita pada hadis Nabi yang menyebut “ibu” sebanyak tiga kali, baru kemudian beliau menyebut “ayah” yang hanya sekali ketika ditanya tentang siapa orang yang paling berhak dihormati.
Setelah Zastrouw selesai menyampaikan nilai keislaman dalam lagu Ibu tersebut, Iwan pun keluar menuju panggung yang disambut teriakan dan tepuk tangan para santri dan OI (penggemar Iwan Fals).
Malam itu Iwan Fals tampil sangat sederhana. Ia hanya mengenakan kaos oblong putih, syal biru melilit di leher, plus celana bercorak batik. Tak ketinggalan, ia menenteng gitar dengan lubang resonansi menyerupai buah jeruk.
Saat melantunkan tembang Ibu, raut muka Iwan tampak sangat serius. Tidak sedikit pun senyum yang tersungging dari bibirnya. Boleh jadi, itulah perasaan terdalam yang ingin ia bagi kepada para pendengar.
KH Mu’tashim Billah, pengasuh Pesantren Pandanaran, mengaku takjub akan daya magis yang dimiliki seorang Iwan Fals. Beliau mengungkapkan, banyak santri yang seolah-olah ruhnya ikut bernyanyi ketika Iwan Fals beraksi di atas panggung.
Iwan Fals memang dikenal sebagai musisi yang menciptakan lagu untuk menyuarakan suara hati dan pikirannya. Ide dan pikiran yang berkecamuk di kepalanya ia tuangkan ke dalam lagu. Termasuk juga tentang pengalaman spiritualitas. Tak mengherankan jika lagu-lagu Iwan Fals terkini banyak mengangkat tema religi, bukan lagi tentang “pemberontakan” seperti dulu. Sebut saja Hadapi Saja, Doa dan Ya Allah Kami, dan sebagainya.
Dalam konser bertajuk Perjalanan Spiritual Iwan Fals malam itu, Iwan membawakan lima lagu bertema kemanusiaan. Usai membawakan lagu Ibu, ia menyanyikan lagu Siang Seberang Istana, disusul Tanam Siram Tanam, Dendam Damai dan diakhiri dengan Bento. Lagu Bento, menurut Zastrouw, mirip dengan kisah dalam Al-Qur’an tentang Qarun. Qarun adalah kroni Fir’aun yang kaya raya. Tetapi kekayaannya ia belanjakan untuk mendukung kezaliman. Akhirnya, ia pun dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi.
Setelah menciptakan begitu banyak lagu yang sarat nilai hikmah, Iwan pun akhirnya melangkah ke dalam dunia yang lebih tinggi. Dunia spiritual. Ketika ditemui Suara Pandanaran, Iwan mengakui bahwa kunjungannya ke Ponpes Sunan Pandanaran ini untuk memperkaya jiwa.
“Saya terbentur cobaan-cobaan hidup yang membuat saya, mau tidak mau, harus mengadu kepada Tuhan. Itulah mengapa saya berkunjung ke berbagai pesantren dan berziarah ke makam para ulama”, ungkap Iwan.
Dalam kunjungannya itu pun, Iwan tak lupa menziarahi makam KH Mufid Mas’ud, pendiri Ponpes Sunan Pandanaran. “Ketika berziarah ke makam ulama, kita membaca Fatihah, alif lam mim dan seterusnya, sehingga batin kita menjadi adem dan damai. Dari ziarah ini, kita juga akan lebih menghormati para leluhur,” jelas Iwan mengungkapkan pengalamannya.
but saja Hadapi Saja, Doa dan Ya Allah Kami, dan sebagainya.
Dalam konser bertajuk Perjalanan Spiritual Iwan Fals malam itu, Iwan membawakan lima lagu bertema kemanusiaan. Usai membawakan lagu Ibu, ia menyanyikan lagu Siang Seberang Istana, disusul Tanam Siram Tanam, Dendam Damai dan diakhiri dengan Bento. Lagu Bento, menurut Zastrouw, mirip dengan kisah dalam Al-Qur’an tentang Qarun. Qarun adalah kroni Fir’aun yang kaya raya. Tetapi kekayaannya ia belanjakan untuk mendukung kezaliman. Akhirnya, ia pun dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi.
Setelah menciptakan begitu banyak lagu yang sarat nilai hikmah, Iwan pun akhirnya melangkah ke dalam dunia yang lebih tinggi. Dunia spiritual. Ketika ditemui Suara Pandanaran, Iwan mengakui bahwa kunjungannya ke Ponpes Sunan Pandanaran ini untuk memperkaya jiwa.
“Saya terbentur cobaan-cobaan hidup yang membuat saya, mau tidak mau, harus mengadu kepada Tuhan. Itulah mengapa saya berkunjung ke berbagai pesantren dan berziarah ke makam para ulama”, ungkap Iwan.
Dalam kunjungannya itu pun, Iwan tak lupa menziarahi makam KH Mufid Mas’ud, pendiri Ponpes Sunan Pandanaran. “Ketika berziarah ke makam ulama, kita membaca Fatihah, alif lam mim dan seterusnya, sehingga batin kita menjadi adem dan damai. Dari ziarah ini, kita juga akan lebih menghormati pasumberra leluhur,” jelas Iwan mengungkapkan pengalamannya.